[HARARE] Perpecahan yang menyelimuti negara-negara Afrika di dalam menyikapi krisis Zimbabwe semakin tajam. Botswana dan Nigeria, dalam pernyataan yang disampaikan pemerintah mereka, Jumat (4/7), menegaskan mereka tidak mengakui hasil pemilihan presiden Zimbabwe putaran ke-2. Sementara Robert Mugabe menegaskan sikapnya untuk tetap berkuasa di Zimbabwe.
Perpecahan tajam juga sebelumnya menimpa negara-negara Afrika yang menghadiri KTT Uni Afrika di Mesir untuk membicarakan krisis Zimbabwe. Banyak negara Afrika yang hadir dalam pertemuan tersebut menolak menyampaikan tekanan publik terhadap Mugabe, meskipun ada desakan PBB dan Barat agar tindakan tegas segera dilakukan. Di penghujung KTT, para pemimpin Afrika menyetujui sebuah resolusi yang menyerukan dilakukannya dialog dan mediasi di Zimbabwe. Tetapi, mereka tidak secara langsung mengutuk Mugabe ataupun pemilihan presiden putaran ke-2 yang tetap saja diselenggarakan meski dikecam komunitas internasional.
Mugabe mengatakan, ia terbuka untuk “berdiskusi” dengan oposisi. “Merupakan kenyataan bahwa untuk semua orang, yang pertama dan paling penting dilakukan, adalah harus terlebih dahulu menerima kami, jika mereka ingin berdialog dengan kami. Sayalah Presiden Republik Zimbabwe dan tidak ada yang lain,” tegas Mugabe, dalam kepulangannya menuju Harare, sebagaimana ditayangkan SABC Television News, Jumat.
Di sisi lain, sepucuk surat telah dilayangkan Presiden Botswana, Seretse Ian Khama kepada Komunitas Pembangunan Negara-negara di Selatan Afrika (SADC), yang meminta agar SADC segera mencabut keikutsertaan Zimbabwe dari pertemuan-pertemuan blok regional tersebut pada masa-masa mendatang.