[:en]
FISIP Seminar Series pada semester baru ini kembali diadakan, yaitu dengan mengambil tema “Indonesia dan Dinamika Kawasan Asia Timur” oleh Bapak Edi Yusup (Direktur Asia Timur dan Pasifik, Kementerian Luar Negeri, RI) yang dilaksanakan di Teater, Senin (18/02/17). Kegiatan ini menghadirkan sekitar 250 mahasiswa FISIP, mengundang Staf Ahli Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Duta Besar Sunten Z. Manurung; Dekan FISIP, Fahlesa Munabari, Ph.D; Kaprodi HI, Dr. Yusran, dan beberapa dosen FISIP lainnya serta sebagai moderator, Sekprodi HI, Elistania, M.Si.
Dalam sambutannya , Kaprodi HI, Dr. Yusran memaparkan bahwa seminar ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran yang berbeda diluar kelas dengan praktisi atau akademisi yang sesuai dengan bidangnya. Dekan FISIP, Fahlesa Munabari, PhD, mengatakan akan terus untuk mengundang diplomat-diplomat dan tokoh-tokoh dari Kementerian Luar Negeri yang akan memberikan isu-isu aktual langsung sesuai dengan bidangnya yang dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa-mahasiswa.
“Dalam tema kali ini terkait Asia Timur, isu-isu yang terjadi masih terus berlanjut. Kita akan mendengarkan pengalaman diplomat yang bergelut dibidang Asia Timur. Harapannya mahasiswa HI bisa berpartisipasi aktif dan dapat mengupdate tentang berita dunia untuk melatih analisis event-event dunia internasional, seperti isu konflik Laut China Selatan, isu Korea Utara dan Selatan, ” paparnya.
Dalam pemaparannya, Bapak Yusup menerangkan beberapa isu ASPAS, seperti isu di Semenanjung Korea, Laut Tiongkok Selatan, terorisme di Marawi, konflik komunal, lalu peluang-peluang apa saja yang dapat dimanfaatkan di Indonesia.
“Jika ingin meningkatkan ekonomi, maka harus berhubungan dengan kawasan Asia Timur. Perdangan sekarang ini, Indonesia lebih banyak kepada Tiongkok, sedangkan investasi lebih banyak ke Jepang. Indonesia dengan Korea melalui ASEAN – Korea Free Trade Agreement.” ungkapnya.
Bapak Sunten Z. Manurung pada kesimpulan menambahkan, bahwa tiga negara Astim selalu bersaing terhadap hubungan bilateral di Indonesia. Mereka melihat potensi Indonesia sangat besar untuk investasi dan bisnis. Indonesia masih kurang manangkap potensi-potensi yang ada. Jepang hampir dikalahkan koleh Korea. China sudah diatas mereka dalam hal ekonomi. Indonesia harus memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada, apalagi China yang sekarang ini sedang meningkat.
“Mahasiswa Indonesia harus mempunyai semangat yang tinggi untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain, terutama Indo-China” ucapnya.
Kegiatan ini diharapkan terus menjadi transfer knowledge bagi mahasiswa-mahasiswa FISIP kedepannya.[:ID]FISIP Seminar Series pada semester baru ini kembali diadakan, yaitu dengan mengambil tema “Indonesia dan Dinamika Kawasan Asia Timur” oleh Bapak Edi Yusup (Direktur Asia Timur dan Pasifik, Kementerian Luar Negeri, RI) yang dilaksanakan di Teater, Senin (18/02/17). Kegiatan ini menghadirkan sekitar 250 mahasiswa FISIP, mengundang Staf Ahli Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Duta Besar Sunten Z. Manurung; Dekan FISIP, Fahlesa Munabari, Ph.D; Kaprodi HI, Dr. Yusran, dan beberapa dosen FISIP lainnya serta sebagai moderator, Sekprodi HI, Elistania, M.Si.
Dalam sambutannya , Kaprodi HI, Dr. Yusran memaparkan bahwa seminar ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran yang berbeda diluar kelas dengan praktisi atau akademisi yang sesuai dengan bidangnya. Dekan FISIP, Fahlesa Munabari, PhD, mengatakan akan terus untuk mengundang diplomat-diplomat dan tokoh-tokoh dari Kementerian Luar Negeri yang akan memberikan isu-isu aktual langsung sesuai dengan bidangnya yang dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa-mahasiswa.
“Dalam tema kali ini terkait Asia Timur, isu-isu yang terjadi masih terus berlanjut. Kita akan mendengarkan pengalaman diplomat yang bergelut dibidang Asia Timur. Harapannya mahasiswa HI bisa berpartisipasi aktif dan dapat mengupdate tentang berita dunia untuk melatih analisis event-event dunia internasional, seperti isu konflik Laut China Selatan, isu Korea Utara dan Selatan, ” paparnya.
Dalam pemaparannya, Bapak Yusup menerangkan beberapa isu ASPAS, seperti isu di Semenanjung Korea, Laut Tiongkok Selatan, terorisme di Marawi, konflik komunal, lalu peluang-peluang apa saja yang dapat dimanfaatkan di Indonesia.
“Jika ingin meningkatkan ekonomi, maka harus berhubungan dengan kawasan Asia Timur. Perdangan sekarang ini, Indonesia lebih banyak kepada Tiongkok, sedangkan investasi lebih banyak ke Jepang. Indonesia dengan Korea melalui ASEAN – Korea Free Trade Agreement.” ungkapnya.
Bapak Sunten Z. Manurung pada kesimpulan menambahkan, bahwa tiga negara Astim selalu bersaing terhadap hubungan bilateral di Indonesia. Mereka melihat potensi Indonesia sangat besar untuk investasi dan bisnis. Indonesia masih kurang manangkap potensi-potensi yang ada. Jepang hampir dikalahkan koleh Korea. China sudah diatas mereka dalam hal ekonomi. Indonesia harus memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada, apalagi China yang sekarang ini sedang meningkat.
“Mahasiswa Indonesia harus mempunyai semangat yang tinggi untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain, terutama Indo-China” ucapnya.
Kegiatan ini diharapkan terus menjadi transfer knowledge bagi mahasiswa-mahasiswa FISIP kedepannya.[:]