Laboratorium Hubungan Internasional sebagai bagian dari Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur menyelenggarakan kegiatan International Relations Seminar Series ke-2 untuk Semester Genap 2021/2022. Kegiatan ini diadakan pada hari Selasa, 26 April 2022 pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.30 WIB secara virtual melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui kanal Prodi Ilmu HI pada Youtube.
Seminar kali ini dihadiri oleh mahasiswa Universitas Budi Luhur dan peserta lainnya yang bukan berasal dari Universitas Budi Luhur. Total peserta yang hadir dalam kegiatan IRSS ini berjumlah 161 peserta.
Seminar Series untuk bulan April ini mengangkat tema Dinamika Diplomasi Olahraga Masa Kini. Diskusi dipandu oleh moderator Mochammad Rhafi Raynoor yakni mahasiswa HI Angkatan 2019. Pada diskusi ini, Prodi Ilmu HI menghadirkan Dr. Jonni Mardizal, M.M (Plt. Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga RI) dan Ibu Ourina Ritonga (Sekretaris Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI) selaku narasumber.
Moderator membuka diskusi dengan menjelaskan bahwa olahraga bisa menjadi instrumen penting dalam hubungan internasional. Berdasarkan sejarah pertandingan olahraga internasional, beberapa pertandingan dianggap mampu mendeeskalasi konflik internasional, seperti diplomasi olahraga ping-pong yang berhasil memperbaiki relasi Tiongkok dan Amerika. Itu sebabnya olahraga dianggap memiliki peranan penting sebagai instrumen diplomasi.
Kemudian diskusi dilanjutkan oleh Bapak Dr. Jonni Mardizal, M.M yang menjelaskan pandangan Indonesia tentang olahraga yang telah diatur dalam undang-undang terkait olahraga. Dalam undang-undang tersebut Indonesia berpartisipasi dalam perlombaan olahraga sebagai bentuk keikutsertaan dalam perdamaian dunia. Beliau juga menyatakan bahwa olahraga memiliki pengaruh yang penting dalam HI. Olahraga sangat menjunjung tinggi sportifitas sehingga tepat untuk dijadikan sarana berdiplomasi. Bapak Dr. Jonni Mardizal, M.M kemudian menyebutkan beberapa sejarah perlombaan olahraga yang berhasil dijadikan sarana diplomasi seperti olimpiade kuno Yunani 776 SM, olahraga Rugby, dan FIFA World Cup 2022 yang akan diadakan di Qatar.
Pemaparan dari Bapak Dr. Jonni Mardizal, M.M kemudian dilanjutkan oleh Ibu Ourina Ritonga. Dalam pemaparannya Ibu Ourina Ritonga menjelaskan tentang peran olahraga sebagai sarana soft diplomacy. Menurutnya, olahraga dianggap berhasil mengurangi konflik, ketegangan, dan mengubah stigma buruk suatu negara. Hal tersebut terbukti dalam FIFA World Cup 2010 yang diadakan di Afrika Selatan. Namun olahraga juga memiliki dampak negatif yaitu dijadikan sebagai sanksi terhadap suatu negara. Seperti yang baru saja terjadi akhir-akhir ini pada Rusia yang dilarang ikut serta dalam kompetisi FIFA, FIBA, FORMULA 1, dan UEFA.
Dari dua pemaparan yang telah disampaikan oleh Bapak Dr. Jonni Mardizal, M.M dan Ibu Ourina Ritonga dapat disimpulkan bahwa olahraga dapat menjadi sarana untuk membantu deeskalasi konflik. Di sisi lain, olahraga juga bisa menjadi sanksi bagi negara berkonflik. Sanksi yang diberikan mampu mempengaruhi posisi, eksistensi, dan ekonomi negara.
Kemudian agenda diskusi ditutup dengan sesi tanya jawab. Para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya kepada narasumber melalui chat box. Selain itu, peserta IRSS juga mengisi umpan balik yang berisikan tanggapan dan saran mereka mengenai kegiatan ini. Acara lalu ditutup dengan sesi foto bersama. Seminar ini terlaksana dengan lancar juga dengan didukung oleh kerja sama yang baik dengan Ngampooz. Para peserta yang telah mengisi umpan balik mendapatkan akses kepada sertifikat elektronik dan materi melalui Ngampooz. Untuk informasi lebih lanjut mengenai seminar ini, dapat menghubungi Laboratorium HI (laboratoriumhi@budiluhur.ac.id).