[:en]Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Budi Luhur menyelenggarakan Study Visit ke Malaysia – Singapura pada tanggal 16-19 Juli 2018. Kegiatan Study Visit menjadi kegiatan wajib bagi mahasiswa/i HI UBL. Sebanyak 62 mahasiswa mengikuti kegiatan ini dengan didampingi oleh 4 Dosen Pembimbing diantaranya Dekan FISIP Fahlesa Munabari, Ph.D; Kaprodi HI Elistania, M.Si; Ka.Lab HI Tulus Yuniasih, M.Sc; dan Kaprodi Kriminilogi Untung Sumarwan, M.Krim.
Di Singapura, 19 Juli 2018 para peserta Study Visit berkesempatan untuk mengunjungi S.Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University. Dalam kunjungan tersebut ada beberapa agenda diantaranya, pembekalan mengenai informasi umum tentang Program Master di RSIS yang dipaparkan oleh Manajer dari Graduate Programmes Office Geanina Bujoreanu. Geanina menjelaskan ragam jurusan yang ada di RSIS, fasilitas, kesempatan-kesempatan beasiswa yang akan didapatkan mahasiswa, biaya serta syarat-syarat untuk menjadi mahasiswa RSIS.
Setelah itu peserta Study Visit mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan mengenai program S2 terkait Strategic Studies oleh salah satu dosen RSIS yaitu Prof. Bernard Loo. Prof. Loo menjelaskan secara umum pengertian dari Strategic Studies dan yang selalu berkaitan dengan hal tersebut. Beliau memaparkan bagaimana ‘strategic’ jaman dulu dengan jaman sekarang. Banyak hal yang dipelajari dalam Strategic Studies, mulai dari individu, masyarakat, geografis, ekonomi, dan lain-lain. Strategic studies ini tidak selalu dan harus berkaitan dengan militer dan perang.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta Study Visit Cut Thalia Amorita bertanya apakah Cyber Crime dapat menjadi salah satu isu yang dapat dikaji dalam Strategic Studies?. Prof. Loo menjawab bahwa kejahatan yang terjadi dalam dunia cyber pasti memiliki maksud dan tujuan, dalam melakukan hal tersebut, pasti aktor memiliki strategi, tentu saja Cyber Crime dapat menjadi salah satu isu yang dapat dikaji dalam Strategic Studies.
Selanjutnya peserta bernama Fahrel W. Sambang bertanya mengenai perbedaan antara berpikir secara strategis dan berpikir ke depan (think future), karena dalam penjelasannya Prof. Loo mengatakan bahwa dalam Strategic Studies ada yang dinamakan think strategically dimana individu akan berfikir secara strategis dan mengatur rencana-rancana agar tujuannya dapat tercapai. Oleh karena itu Fahrel beranggapan bahwa hal tersebut sama seperti berpikir ke depan (think future), sehingga dia bertanya perbedaanya. Prof. Loo dengan lugas menjawab “Think Strategically dan Think Future keduanya memiliki korelasi yang sama. Think Strategically adalah cara bagaimana kita dapat mencapai tujuan kita. Dan think future adalah rencana yang akan kita lakukan kedepan sehingga dapat mencapai tujuan kita.”
RSIS sebagai kampus pertama di Asia Tenggara yang memiliki program yang mempelajari tentang Indonesia yaitu Indonesian Studies. Pemaparan mengenai Indonesian Studies disampaikan Research Fellow with the Indonesia Programme Dr Alexander R. Arifianto. Dr Alexander memaparkan beberapa penelitian dan juga tulisan-tulisan hasil dari mahasiswa program Indonesian Studies. Beliau juga mengatakan mengapa Indonesia sangat penting untuk dipelajari melalui perspektif RSIS, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dan merupakan negara yang cukup memiliki banyak hal untuk dibahas mulai dari demokrasi, masyarakat, isu-isu sosial dan juga politik.
Setelah agenda selesai ditutup dengan closing remarks oleh Dekan FISIP Fahlesa Munabari, Ph.D. beliau mengucapkan terima kasih kepada pihak RSIS yang telah berkenan dan bersedia untuk menjadi salah satu tujuan dari kegiatan Study Visit Prodi HI UBL. Juga beliau menceritakan sedikit bagaimana ia bisa melakukan koordinasi dengan RSIS. Setelah closing remarks dari Bapak. Fahlesa, kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi Perpustakaan RSIS.
Kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi KBRI di Singapura. Peserta disambut oleh Atase Pendidikan KBRI Singapura, Enda Wulandari. Kunjungan ini juga Menghadirkan Koordinator Fungsi Penerangan Dan Sosial Budaya, Dwi Kurnia Indrana Miftach.
Dalam kunjungan ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan isu terkait Hubungan Indonesia-Singapura maupun mengenai tugas dan fungsi KBRI Singapura. Salah satu peserta, Eveline Olivia Safitri menanyakan terkait kerjasama Indonesia dan Singapura dalam bidang keamanan. Dwi Kurnia Indrana menanggapi bahwa kerjasama kedua negara terjalin dengan sangat baik. Salah satunya pada bulan Mei 2018 lalu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan militer Singapura membuka kerjasama bilateral dalam bidang maritim, penanggulangan terorisme dan keamanan cyber. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup disegani oleh negara-negara ASEAN. Itulah mengapa banyak negara-negara yang cukup aktif menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan Indonesia, salah satunya Singapura. Selain itu, Enda Wulandari selaku atase pendidikan KBRI Singapura juga menjelaskan mengenai tugas dan fungsi KBRI. Tidak lupa ia juga menceritakan pengalamannya selama bekerja di KBRI Singapura. Beliau juga menjelaskan terkait peluang magang di KBRI .
Kunjungan KBRI ini kemudian diakhiri dengan penyerahan plakat kenang-kenangan oleh pihak Universitas Budi Luhur ke KBRI Singapura dan foto bersama di depan gedung KBRI.
[:ID]Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Budi Luhur menyelenggarakan Study Visit ke Malaysia – Singapura pada tanggal 16-19 Juli 2018. Kegiatan Study Visit menjadi kegiatan wajib bagi mahasiswa/i HI UBL. Sebanyak 62 mahasiswa mengikuti kegiatan ini dengan didampingi oleh 4 Dosen Pembimbing diantaranya Dekan FISIP Fahlesa Munabari, Ph.D; Kaprodi HI Elistania, M.Si; Ka.Lab HI Tulus Yuniasih, M.Sc; dan Kaprodi Kriminilogi Untung Sumarwan, M.Krim.
Di Singapura, 19 Juli 2018 para peserta Study Visit berkesempatan untuk mengunjungi S.Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University. Dalam kunjungan tersebut ada beberapa agenda diantaranya, pembekalan mengenai informasi umum tentang Program Master di RSIS yang dipaparkan oleh Manajer dari Graduate Programmes Office Geanina Bujoreanu. Geanina menjelaskan ragam jurusan yang ada di RSIS, fasilitas, kesempatan-kesempatan beasiswa yang akan didapatkan mahasiswa, biaya serta syarat-syarat untuk menjadi mahasiswa RSIS.
Setelah itu peserta Study Visit mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan mengenai program S2 terkait Strategic Studies oleh salah satu dosen RSIS yaitu Prof. Bernard Loo. Prof. Loo menjelaskan secara umum pengertian dari Strategic Studies dan yang selalu berkaitan dengan hal tersebut. Beliau memaparkan bagaimana ‘strategic’ jaman dulu dengan jaman sekarang. Banyak hal yang dipelajari dalam Strategic Studies, mulai dari individu, masyarakat, geografis, ekonomi, dan lain-lain. Strategic studies ini tidak selalu dan harus berkaitan dengan militer dan perang.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta Study Visit Cut Thalia Amorita bertanya apakah Cyber Crime dapat menjadi salah satu isu yang dapat dikaji dalam Strategic Studies?. Prof. Loo menjawab bahwa kejahatan yang terjadi dalam dunia cyber pasti memiliki maksud dan tujuan, dalam melakukan hal tersebut, pasti aktor memiliki strategi, tentu saja Cyber Crime dapat menjadi salah satu isu yang dapat dikaji dalam Strategic Studies.
Selanjutnya peserta bernama Fahrel W. Sambang bertanya mengenai perbedaan antara berpikir secara strategis dan berpikir ke depan (think future), karena dalam penjelasannya Prof. Loo mengatakan bahwa dalam Strategic Studies ada yang dinamakan think strategically dimana individu akan berfikir secara strategis dan mengatur rencana-rancana agar tujuannya dapat tercapai. Oleh karena itu Fahrel beranggapan bahwa hal tersebut sama seperti berpikir ke depan (think future), sehingga dia bertanya perbedaanya. Prof. Loo dengan lugas menjawab “Think Strategically dan Think Future keduanya memiliki korelasi yang sama. Think Strategically adalah cara bagaimana kita dapat mencapai tujuan kita. Dan think future adalah rencana yang akan kita lakukan kedepan sehingga dapat mencapai tujuan kita.”
RSIS sebagai kampus pertama di Asia Tenggara yang memiliki program yang mempelajari tentang Indonesia yaitu Indonesian Studies. Pemaparan mengenai Indonesian Studies disampaikan Research Fellow with the Indonesia Programme Dr Alexander R. Arifianto. Dr Alexander memaparkan beberapa penelitian dan juga tulisan-tulisan hasil dari mahasiswa program Indonesian Studies. Beliau juga mengatakan mengapa Indonesia sangat penting untuk dipelajari melalui perspektif RSIS, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dan merupakan negara yang cukup memiliki banyak hal untuk dibahas mulai dari demokrasi, masyarakat, isu-isu sosial dan juga politik.
Setelah agenda selesai ditutup dengan closing remarks oleh Dekan FISIP Fahlesa Munabari, Ph.D. beliau mengucapkan terima kasih kepada pihak RSIS yang telah berkenan dan bersedia untuk menjadi salah satu tujuan dari kegiatan Study Visit Prodi HI UBL. Juga beliau menceritakan sedikit bagaimana ia bisa melakukan koordinasi dengan RSIS. Setelah closing remarks dari Bapak. Fahlesa, kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi Perpustakaan RSIS.
Kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi KBRI di Singapura. Peserta disambut oleh Atase Pendidikan KBRI Singapura, Enda Wulandari. Kunjungan ini juga Menghadirkan Koordinator Fungsi Penerangan Dan Sosial Budaya, Dwi Kurnia Indrana Miftach.
Dalam kunjungan ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan isu terkait Hubungan Indonesia-Singapura maupun mengenai tugas dan fungsi KBRI Singapura. Salah satu peserta, Eveline Olivia Safitri menanyakan terkait kerjasama Indonesia dan Singapura dalam bidang keamanan. Dwi Kurnia Indrana menanggapi bahwa kerjasama kedua negara terjalin dengan sangat baik. Salah satunya pada bulan Mei 2018 lalu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan militer Singapura membuka kerjasama bilateral dalam bidang maritim, penanggulangan terorisme dan keamanan cyber. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup disegani oleh negara-negara ASEAN. Itulah mengapa banyak negara-negara yang cukup aktif menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan Indonesia, salah satunya Singapura. Selain itu, Enda Wulandari selaku atase pendidikan KBRI Singapura juga menjelaskan mengenai tugas dan fungsi KBRI. Tidak lupa ia juga menceritakan pengalamannya selama bekerja di KBRI Singapura. Beliau juga menjelaskan terkait peluang magang di KBRI Singapura.
Kunjungan KBRI ini kemudian diakhiri dengan penyerahan plakat kenang-kenangan oleh pihak Universitas Budi Luhur ke KBRI Singapura dan foto bersama di depan gedung KBRI.