FISIP Seminar Series 2016: “Tantangan Indonesia dan ASEAN dalam Lima Tahun ke Depan”

“Tantangan Indonesia dan ASEAN dalam Lima Tahun ke Depan”

Oleh Prof. Drs. Yanyan Mochamad Yani, MAIR., Ph.D

 

img_9389Pada hari Selasa, 04 Oktober 2016, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Budi Luhur (UBL) menyelenggarakan FISIP Seminar Series yang pertama. Pada seminar ini, FISIP mengedepankan tema  “Tantangan Indonesia dan ASEAN dalam Lima Tahun ke Depan” dengan mengundang Prof. Drs. Yanyan Mochamad Yani, MAIR., Ph.D yang merupakan Guru Besar Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran yang juga merupakan Guru Besar Tidak Tetap FISIP Universitas Budi Luhur. Untuk memperkuat proses diskusi dalam seminar ini, FISIP menghadirkan Duta Besar Sunten Z. Manurung, SH sebagai moderator. Acara ini berlangsung di Ruang Teater UBL dengan dihadiri lebih dari 200 mahasiswa/i FISIP.

img_9343 Kegiatan dibuka oleh Dekan FISIP, Fahlesa Munabari, Ph.D, dengan menekankan pentingnya penyelenggaraan seminar series bagi civitas akademika FISIP. Program berupa seminar series ini bertujuan sebagai wadah aktualisasi wawasan setiap anggota civitas akademika FISIP terutama dalam meningkatkan kualitas pemahaman dalam kajian ilmu hubungan internasional maupun kriminologi. Maka, kegiatan ini secara rutin terbuka tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga dosen FIS  IP UBL. Dalam praktiknya, seminar series akan diselenggarakan secara bergantian oleh Prodi HI dan Kriminologi pada setiap bulannya. Sehubungan dengan tema pada seminar pertama yang diselenggarakan oleh Prodi HI, Dekan mengharapkan para mahasiswa dapat meningkatkan persiapan diri untuk menghadapi kompetisi yang semakin tinggi dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

img_9357Sambutan kedua disampaikan oleh Deputi Rektor Bidang Akademik, Ir. Wendy Usino, Ph.D. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya penguasaan bahasa dalam menghadapi MEA. Pengalaman beliau dalam kunjungan ke beberapa negara di Asia Tenggara menunjukkan besarnya ketertarikan negara-negara tersebut kepada Bahasa Indonesia. Pada saat yang sama, dalam kunjungan ke negara-negara tersebut juga memberikan bukti nyata kepada beliau bagaimana berbagai elemen masyarakat telah memiliki kemahiran dalam berbahasa Inggris. Hal ini menandakan bahwa bahasa menjadi salah satu faktor penting di antara berbagai tantangan dalam menghadapi MEA. Oleh karena itu, beliau berharap mahasiswa dapat mempelajari berbagai bahasa. UBL sendiri telah menggagas kerjasama dari berbagai negara di Asia Tenggara yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa/i UBL untuk berkomunikasi dengan mahasiswa/i lain di ASEAN.

img_9545Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi seminar oleh Prof. Yanyan. Dalam pemaparannya, beliau memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai Politik Luar Negeri Indonesia (polugri) dari jaman Orde Lama hingga Era Reformasi. Menurut beliau, pemahaman mengenai posisi polugri Indonesia adalah modal dasar dalam menganalisis fokus Indonesia di ASEAN. Beliau menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi polugri Indonesia, yaitu nasionalisme, pembangunan ekonomi, dan politik domestik. Pengaruh Indonesia juga kemudian ditentukan oleh doktrin pemimpin Indonesia dari masa ke masa. Selain itu, beliau juga menjelaskan mengapa ASEAN sangat penting bagi Indonesia. Beliau memaparkan bahwa orang yang paling dekat dengan kita selain keluarga adalah tetangga, maka, “Indonesia have to be nice with its neighbors.” Indonesia merupakan ASEAN, sehingga jika tidak ada Indonesia maka tidak ada ASEAN. Kemudian, apakah tantangan Indonesia di ASEAN? Pertama, beliau menekankan pentingnya persiapan Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP) yang direncanakan pada tahun 2020. Kemudian, beliau juga menekankan pentingnya memperhatikan rencana Tiongkok untuk menghidupkan kembali Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, yang dikenal dengan The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road yang mencakup 60 negara. Secara khusus, Prof. Yanyan juga menyoroti keamanan maritim Indonesia. Kita harus dapat menjaga pulau-pulau kecil terluar dan pulau yang memerlukan perhatian karena dikhawatirkan akan diokupasi oleh pihak asing. Maka, doktrin Presiden Joko Widodo pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara poros maritim dunia merupakan salah satu persiapan untuk menghadapi MEA.

img_9715

Dalam menutup seminar, Duta Besar Sunten Z. Manurung, SH sebagai moderator menambahkan bahwa peluang Indonesia sangat besar di kawasan ASEAN. ASEAN merupakan pasar dan tujuan investasi yang cukup besar. Indonesia perlu meningkatkan daya saing dalam pemasaran (marketing), packaging, SDM dan infrastruktur. Tidak kalah penting dari elemen-elemen tersebut adalah bahwa kita juga harus meningkatkan etos kerja, ketahanan nasional, diplomasi pertahanan, serta diplomasi second track. Kita harus menyadari bahwa MEA sangat penting bagi Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.